Gerobak penjual simit (on the background), lokasi Ankara

Dibandingkan dengan orang Indonesia, orang-orang Turki memang terlihat lebih besar dan gagah. Perawakan dan raut wajahnya merupakan percampuran antara Arab dan Eropa. Turki memang negara yang wilayahnya separuh berada di Asia dan separuhnya lagi di Eropa. Soal ukuran badannya yang besar tadi, sebenarnya sejak awal saya sudah mengetahui dari melihat makanan tradisionalnya yang bernama Simit. Bentuknya seperti Donat, tetapi ukurannya besar dengan lubang ditengah yang juga besar. Kira kira tangan orang dewasa Indonesia bisa masuk dan bisa dijadikan gelang tangan. Seperti kata teman saya dari Makassar, Ridwan, saat baru sampai di Turki dia berkata "Kenapa di sini serba besar semua, dari sayuran, buah, anjing, kucing, perawakan orang-orangnya juga semuanya besar hahaha".

Simit 




Siapapun yang pertama kali melihat Simit pasti tertarik untuk membeli. Ada yang dijual menggunakan kereta dorong, ada juga yang dijajakan dengan nampan besar dan diletakkan di kepala, tetapi ada juga yang dimasukkan kedalam tongkat kayu sampai tinggi sekali. Simit banyak dijual di piggiran jalan. Alun-alun Hagia Sophia dan Blue Mosque Istanbul merupakan salah satu tempat para pedagang menjajakan Simit kepada para turis. Kalau ingin membeli Simit untuk dijadikan oleh-oleh, juga tidak terlalu repot. Banyak sekali toko Simit di Istanbul, namanya Simit Sarayi (Istana Simit), ada juga yang bernama Simit Firini (Simit Dari Oven), dan lain-lain.


Toko Oleh Oleh Simit Sarayi
Soal rasa, hmm manis manis asin dan mirip dengan kulit onde-onde karena ditaburi biji wijen. Sayangnya, kalau digigit, rasanya tidak seempuk donat bahkan terasa sangat keras sekali.  Menurut saya, kebanyakan roti di Turki teksturnya lumayan keras. Saat udara dingin di musim salju seperti ini, makan Simit hangat di sepanjang jalan terasa nikmat sekali.